Selasa, 21 Desember 2010

Tugas Soft Skill Pert 3

Strategy of Information Integration (SII)

Seiring dengan berjalannya waktu, pesaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat. Persaingan dalam bidang bisnis ini memaksa mereka harus menata ulang keuangannya. Jika tidak ingin kalah bersaing, maka mereka harus memiliki strategi untuk menguatkan bisnis yang sedang mereka jalani dengan cara berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

SII merupakan suatu strategi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan (trouble) yang pada umumnya dialami oleh perusahaan dengan cara menciptakan strategi yang bertujuan untuk mengintegrasikan / menggabungkan informasi antar perusahaan. SII dirasakan perlu untuk menyelesaikan integrasi sistem yang tidak berhasil, ada enam tahap pelaksanaan integrasi, antara lain :

1. Eksploitasi Kapabilitas Lokal

2. Lakukan Integrasi Tak Tampak

3. Kehendak Berbagi Pakai

4. Redesain Arsitektur Proses

5. Optimalkan Infrastruktur

6. Transformasi Organisasi

Tahap-tahap tersebut digunakan untuk menjaga keseimbangan antara mitra merger dalam mengintegrasikan sistem informasi yang dimiliki serta untuk mencairkan suasana ketegangan dalam politis yang seringkali mencampuri dalam penggabungan sistem informasi. Berikut ini merupakan penjelasan singkat mengenai tahap-tahap tersebut.


Eksploitasi Kapabilitas Lokal

Pada tahap pertama ini, yang perlu dilaksanakan adalah melakukan pengembangan semaksimal mungkin terhadap kemampuan manajemen sistem informasi dari tiap perusahaan ataupun suatu organisasi. Tujuan dari fase ini yaitu memahami secara intensif batasan maksimal tentang kemampuan manajemen sistem informasi suatu perusahaan ataupun organisasi dalam menghasilkan kebutuhan manajemen strategis.

Adanya tahap ini juga bermanfaat bagi mereka yang selama ini belum tahu benar mengenai karakteristik dan spesifikasi sistem informasi yang dimiliki untuk dapat lebih mengerti kapabilitas kemampuan sistem yang sebenarnya.


Soft Integration

Pada tahap ini, berarti masing-masing perusahaan ataupun suatu organisasi melakukan diskusi bersama dalam mencari jalan keluar terhadap pemenuhan kebutuhan yang ada. Secara tidak langsung, dalam proses ini, blueprint arsitektur masing-masing sistem informasi saling diperkenalkan dan dipertukarkan.

Setiap kerjasama atau kolaborasi dua atau lebih organisasi kerap mendatangkan kebutuhan baru. Dan ketika kebutuhan bersama ini muncul, seringkali tidak dapat dipenuhi oleh sebuah sistem informasi yang dimiliki salah satu anggota konsorsium. Karena Tahap I yaitu kajian kapabilitas sudah dilakukan, tidak akan ada satu organisasi pun yang berani ”berbohong” atau ”membual” bahwa hanya sistem informasinyalah yang dapat menyediakan kebutuhan kerjasama konsorsium.

Dari rangkaian kegiatan tersebut, maka yang biasa dihasilkan adalah ide-ide ataupun solusi dalam bentuk penambahan sejumlah objek ataupun komponen sebagai jembatan antara satu sistem dengan sistem lainnya tanpa harus merusak masing-masing sistem informasi yang telah dianggap baik bekerja oleh setiap perusahaan ataupun organisasi yang ada.



Membagi Sumber Daya Organisasi

Ketika skenario pada tahap kedua telah berjalan dengan baik (baca: efektif), langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi seberapa efisien dan optimum solusi tersebut berhasil dibangun terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan beraneka ragam sumber daya organisasi. Tentu saja efisiensi dan optimalisasi tertinggi belum terlihat dalam solusi tersebut karena dibangun dengan paradigma ”tidak mengganggu” masing-masing sistem informasi. Sekali lagi para CIO akan berkumpul dan melihat bahwa banyak peluang untuk meningkatkan kinerja solusi yang dihasilkan jika dan hanya jika adanya ”sharing” atau pola berbagi pakai antar sumber daya teknologi informasi yang dimiliki masing-masing organisasi.

Dalam konteks inilah mulai terlihat adanya tawaran untuk misalnya menggunakan server dari organisasi A, aplikasi dari organisasi B, database dari organisasi C, jaringan dari organisasi D, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi sebagai dampak kehendak untuk mencari solusi yang terbaik, sehingga seluruh CIO merasa tertantang intelejensianya dalam menghasilkan sistem yang dimaksud. Keluaran terpenting dari tahap ini adalah mulai bergesernya pemikiran-pemikiran yang didominasi oleh faktor emosional ke ide-ide brilian yang dipandu oleh pemikiran rasional.


Desain Ulang Arsitektur Organisasi

Pada tahap ini, berarti melakukan pengujian kembali terhadap integrasi, karena yang akan terlibat tidak sekedar para CIO, melainkan pimpinan nomor satu dari masing-masing organisasi. Kegiatan kolaborasi ini akan efektif jika bermula dari akhir, dalam arti kata menggunakan kebutuhan pemegang kepentingan akhir (yaitu pelanggan atau publik) sebagai target solusi redesain. Dengan berpegang pada konsep dan teori BPR (= Business Process Reengineering) sejumlah usaha untuk melakukan eliminasi, simplifikasi, integrasi, dan otomatisasi proses akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah semangat kolaborasi antar CIO yang harus ditularkan ke para pimpinan organisasi.

Biasanya yang dilakukan adalah para CIO melakukan kajian terlebih dahulu, dan mendesain arsitektur proses baru (baca: tentatif) yang dipresentasikan kepada para pimpinan dengan sebuah pesan penting yaitu desain terkait dapat dan mungkin diterapkan oleh beragam organisasi tersebut. Keluaran dari tahap terberat ini adalah kesepakatan untuk melakukan kolaborasi secara lebih jauh, yaitu dengan memperhatikan nilai (atau value) dari pemegang kepentingan utama dari seluruh organisasi yang berkolaborasi. Ragam proses baru inilah yang akan menjadi cikal bakal atau embrio arsitektur sebuah sistem informasi terintegrasi yang dimaksud, yang merupakan penjelmaan ”secara tidak sadar” kumpulan sistem informasi organisasi beragam yang ada.


Optimisasi Infrastruktur

Pada tahap ini, berarti melakukan optimisasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan ataupun organisasi dengan ruang lingkup yaitu memonitoring kinerja masing-masing sistem informasi untuk melayani organisasi yang ada secara vertikal.

Keluaran dari tahap ini adalah mengoptimalkan sebuah sistem informasi terpadu yang dapat bekerja secara efektif dalam melayani kepentingan vertikal maupun horisontal. Serta dapat mempererat relasi antar perusahaan ataupun organisas




Transformasi Organisasi

Pada Tahap terakhir ini, berarti melakukan transformasi (perubahan) terhadap masing-masing organisasi. Perubahan yang dimaksud pada dasarnya merupakan akibat dari dinamika kebutuhan lingkungan eksternal organisasi yang memaksanya untuk menciptakan sebuah sistem organisasi yang adaptif terhadap perubahan apapun.

Sistem informasi masa kini yang dibangun dengan menggunakan paradigma rumah tumbuh dan berbasis komponen (baca: object-based approach) secara tidak langsung akan menular kepada karakteristik dari organisasi terkait. Artinya, sejumlah hal baru akan tumbuh menggantikan sesuatu yang telah lama dianut, misalnya:

· Perubahan dari organisasi berbasis struktur dan fungsi menjadi organisasi berbasis proses;

· Perubahan dari organisasi berbasis sumber daya fisik menjadi organisasi berbasis pengetahuan;

· Perubahan dari organisasi berbasis kebutuhan pemilik kepentingan internal menjadi organisasi berbasis kebutuhan pemilik kepentingan eksternal;

· Perubahan dari organisasi berbasis rantai nilai fisik menjadi organisasi berbasi rantai nilai virtual; dan lain sebagainya.


Sumber :

http://mrzie3r.wordpress.com/2007/04/19/merancang-strategi-sistem-informasi
http://www.batan.go.id/sjk/eII2006/Page02/P02h.pdf
http://ty000.wordpress.com/2009/12/07/integrasi-sistem-informasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar